Sebuah renungan yang mampu menggugah hati kita sebagai orang tua akan tanggung jawab kita sebagai orang yang mendidik, memenuhi kebutuhan anak kita dan memberikan kasih sayang kepada mereka.
GAJI PAPA BERAPA ???
Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam.
Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas 3 SD membukakan pintu untuknya.
Nampaknya Sarah sudah menunggu cukup lama.
“Sarah… kok belum tidur ?” sapa Andrew sambil mencium anaknya.
Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika Andrew pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, “Aku nunggu Papa pulang…… soalnya aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?”
“Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?”
“Ah enggak…. Sarah pengen tahu aja” ucap Sarah singkat.
“Oke. Kamu boleh hitung sendiri………
Setiap Hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-…..Setiap bulan rata-rata dihitung 22 Hari kerja, Sabtu dan Minggu libur, tapi kadang Sabtu Papa masih lembur.
Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?”
Sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televise, Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar…..
Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian,
Sarah berlari mengikutinya. “Kalo satu Hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong” katanya.
“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur” perintah Andrew..
Tetapi Sarah tidak beranjak.
Sambil menunggu Papanya berganti pakaian…Sarah kembali bertanya, “Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?”
“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek, mau mandi dulu. Tidurlah”.
“Tapi Papa…” Sarah agak mendesak.
Kesabaran Andrew pun habis. “Papa bilang tidur !” hardiknya mengejutkan Sarah.
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya.
Anak kesayangannya itu belum tidur…. didapati Sarah sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, “Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih” kata Andrew
“Papa…… Sarah enggak minta uang. Aku hanya pinjam.
Nanti Sarah akan kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”.
“lya, iya, tapi buat apa ?” tanya Andrew lembut.
“Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga.
Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku hanya Ada Rp. 15.000,-
tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- jadi setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-.
Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa” kata Sarah polos.
Andrew pun terdiam…….ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya Sarah erat-erat dengan perasaan haru.
Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.
Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas 3 SD membukakan pintu untuknya.
Nampaknya Sarah sudah menunggu cukup lama.
“Sarah… kok belum tidur ?” sapa Andrew sambil mencium anaknya.
Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika Andrew pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, “Aku nunggu Papa pulang…… soalnya aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?”
“Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?”
“Ah enggak…. Sarah pengen tahu aja” ucap Sarah singkat.
“Oke. Kamu boleh hitung sendiri………
Setiap Hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-…..Setiap bulan rata-rata dihitung 22 Hari kerja, Sabtu dan Minggu libur, tapi kadang Sabtu Papa masih lembur.
Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?”
Sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televise, Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar…..
Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian,
Sarah berlari mengikutinya. “Kalo satu Hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong” katanya.
“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur” perintah Andrew..
Tetapi Sarah tidak beranjak.
Sambil menunggu Papanya berganti pakaian…Sarah kembali bertanya, “Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?”
“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek, mau mandi dulu. Tidurlah”.
“Tapi Papa…” Sarah agak mendesak.
Kesabaran Andrew pun habis. “Papa bilang tidur !” hardiknya mengejutkan Sarah.
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya.
Anak kesayangannya itu belum tidur…. didapati Sarah sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, “Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih” kata Andrew
“Papa…… Sarah enggak minta uang. Aku hanya pinjam.
Nanti Sarah akan kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”.
“lya, iya, tapi buat apa ?” tanya Andrew lembut.
“Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga.
Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku hanya Ada Rp. 15.000,-
tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- jadi setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-.
Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa” kata Sarah polos.
Andrew pun terdiam…….ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya Sarah erat-erat dengan perasaan haru.
Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.
Terkadang kita lalai akan pemenuhan kasih sayang yang berupa kebersamaan sentuhan lembut kasih sayang dan dengar cerit aanak anak kita, yang kita kejar hanya pemenuhan ekonomi.
Semoga Berguna
*(copy paste dari Indonesia Long Trip Band Community...)
butuh uang tambahan nich ada tips juga $$$ <<<< klik>>>>
atau follow link ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar